Tags

,

Penyakit campak alias tampek biasanya menyerang anak-anak, namun tidak jarang juga yang menjangkiti orang dewasa. Penyakit ini muncul karena infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penularannya karena menghirup percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak. Penderita dapat menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit muncul.

Gejala campak mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: badan panas, nyeri tenggorokan, hidung meler ( coryza ), batuk, bercak koplik, nyeri otot, dan mata merah ( conjuctivitis ).  2-4 Hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul pada 3-5 hari setelah timbulnya gejala di atas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.

Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas, serta suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 Hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang. Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.

Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: bayi berumur lebih dari 1 tahun, bayi yang tidak mendapatkan imunisasi, serta remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak: antara lain infeksi bakteri berupa pneumonia dan infeksi telinga tengah, kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit) sehingga penderita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan, serta ensefalitis (inteksi otak) yang terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus. Komplikasi lain yang mungkin muncul adalah bronchitis, brochiolitis, dan hepatitis.

Penyakit ini dapat pula ditularkan melalui aliran darah seorang wanita yang sedang hamil kepada janin yang dikandungnya. Bahaya medis yang utama dari penyakit ini adalah infeksi pada wanita hamil, yang dapat menyebabkan sindrom cacat bawaan pada janin tersebut. Anak yang terkena campak sebelum dilahirkan berisiko tinggi mengalami keterlambatan pertumbuhan, keterlambatan mental, kesalahan bentuk jantung dan mata, tuli, serta problematika hati, limpa dan sumsum tulang.

Untuk pencegahan maka diberikan vaksin campak yang merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun dan tidak boleh lebih dari 11 – 12 tahun.

Vaksin campak tidak boleh diberikan kepada wanita hamil atau wanita yang akan hamil dalam jangka waktu satu bulan sesudah pemberian vaksin. Karena itu bila ada perempuan yang berencana untuk hamil maka harus dipastikan bahwa dia kebal terhadap virus campak melalui tes darah. Jika tidak, sebaiknya mereka mendapatkan vaksinasi setidaknya satu bulan sebelum memulai kehamilan.

Vaksin campak tidak boleh diberikan kepada wanita hamil, penderita TBC, leukemia, lymphoma, atau berkurangnya daya tahan tubuh. Tidak boleh pula diberikan kepada orang-orang yang memiliki alergi berat terhadap telur dan antibiotic neomycin. Kalau diberikan vaksin tersebut dapat mengakibatkan kematian.

Untuk menangani penderita campak, berikan cairan secukupnya. Air minum, juice buah, teh dan lemonade yang diberikan kepada penderita dapat digunakan untuk mengganti cairan yang hilang akibat panas tinggi. Cairan juga berguna untuk mencegah infeksi paru-paru/pneumonia. Untuk melancarkan batuk dan saluran pernafasan bisa menggunakan vaporizer. Penderita hendaknya tidak diperbolehkan menonton TV, karena mata mereka sensitif terhadap cahaya. Karena campak disebabkan virus, maka meningkatkan kekebalan tubuh melalui banyak istirahan dan mengkonsumsi makanan bergizi sangat diperlukan.

Biasanya penderita campak tidak diperkenankan angin-anginan atau mandi. Jadi bila tubuh gatal hendaknya ditaburi bedak saja.

Sumber:

wikipedia.com

balita-anda.com

—-

Tulisan di atas adalah bekal saya sebelum terjun sebagai ‘perawat’ buat mbak saya yang terkena campak. Berhubung saya sudah pernah kena campak saat umur 19 tahun dan saat ini sedang sehat-sehatnya, saya berani berdekat-dekatan sama si penderita. Gara-gara campak, badan saya seperti diselimuti cahaya merah he he. Untung waktu itu saya cuma sakit sekitar 3 hari. Hmm tetap kena campak ya, padahal udah dapat imunisasi campak.

Dulu saya juga pernah menderita cacar air di umur 20 tahun. Wah ganas banget deh itu cacar air. Gede-gede banget dan menyebar merata dari wajah sampai kaki. Awalnya cacar air itu bersemayam di punggung, setelah itu dia dengan leluasa berekspansi ke tempat-tempat lain.

Karena cacar air, saya harus banyak istirahat. Tapi kadang bandel juga, diam-diam saya kabur buat pergi kuliah. Di kampus, jilbab saya pakai buat cadar soalnya muka saya waktu itu mengerikan banget. Pernah juga pulang-pulang dalam keadaan basah kuyup karena kehujanan, padahal waktu itu nggak boleh kena air. Alhasil mendapat omelan dari banyak orang.

Gara-gara kena cacar air, adik saya nggak mau dekat-dekat. Bahkan saya dikarantina. Yang merawat saya dulu adalah nenek saya. Dia yang rajin mengganti kompres di kepala saya. Dia juga tanpa takut dan geuleuh membalurkan bedak tradisional ke badan saya biar cacar air itu nggak meninggalkan bekas.  Cukup manjur.