Ngapaker berarti penutur Bahasa Banyumas yang ngapak-ngapak (karena mereka melafalkan huruf ‘k’ dengan sangat jelas dan penuh penekanan). Di daerah para ngapaker yang antara lain meliputi Cilacap dan Purwokerto, ada beberapa jajanan yang layak dinikmati sambil belajar ngapak-ngapak 🙂
1. Tempe Mendoan
(Gambar: http://cutemouse.files.wordpress.com)
Makanan ini kini sudah go national, karena banyak dijual di daerah lainnya. Tapi mencicipi makanan asli di daerah asalnya tentu memberikan sensasi yang berbeda. Tempe tipis yang digoreng dengan selimut tepung ini enak dinikmati saat masih hangat.
Berbeda dengan tempe tepung, mendoan memang dibuat dengan tempe yang lebih tipis dan lebih lebar. Saat menggoreng, biasanya tepung adonan dicampur dengan potongan daun bawang. Agar warnanya kuning menarik, kunyit turut disertakan saat menghaluskan bumbu-bumbu mendoan. Di daerah asalnya, untuk menyebut tempe mendoan biasanya cukup disingkat mendo.
2. Tahu Berontak
(Gambar: http://squishsquash.multiply.com)
Tahu berbentuk segitiga yang diisi tumisan sayuran (campuran kobis dan wortel atau tauge dan wortel, kadang diberi tambahan udang atau potongan bakso) kemudian dilumuri tepung berbumbu dan digoreng. Di daerah lain gorengan semacam ini juga dikenal, hanya saja beda nama karena disebut tahu isi.
Nama tahu berontak tidak jelas asal-usulnya namun ditengarai karena sayuran pengisi tahunya yang begitu penuh sehingga seperti memberontak mau keluar. Biasanya langsung disebut berontak, tanpa menyebut tahu di depannya. Misal: “Mau berontak?” artinya mau tahu berontak.
4. Dages
(Oseng dages. Gambar: http://bimosaurus.files.wordpress.com)
Makanan khas yang satu ini terbuat dari ampas tahu, berwarna kehitaman. Biasanya digoreng seperti mendoan, namun ada pula yang mengolahnya dengan cara dioseng dengan cabe hijau.
5. Gembus
(Gambar: http://putrapantaiselatan.blogspot.com)
Makanan ini terbuat dari singkong dan dibentuk lingkaran mirip donat, hanya saja lebih kurus. Rasanya gurih. Biasanya pedagang gembus menggelar dagangan di malam hari, dekat tempat yang sedang menggelar hajatan. Pedagang gembus akan membawa keranjang bambu bulat berisi gembus yang siap goreng, wajan dan kompor, serta dian untuk penerangan. Namun belakangan mereka semakin sulit dijumpai.
hmmm….syedapnyeee… *upin&ipinmode:on*
just a note, kalo di tempatku *magelang*, tahu brontak itu sama dengan tahu susur…mungkin karena isinya di’susurke’ ke dalam tahunya yaa…hahahaha…
kalo dages atau ampas tahu, di tempatku itu gembus…jadi digoreng tepung namanya tempe gembus…
sedangkan gembus di atas, di tempatku namanya gebleg (bukan geblek ya…hihihi) digoreng lingkaran kecil2 dan dirangkaikan, dan berminyak ya…hehehe…
wah berarti di magelang n di jogja penyebutannya sama ya mbak: tahu susur… he he bertolak belakang ya susur dan berontak. yang satu isinya di jejalkan (isi bertindak sebagai objek), yang satu lagi isinya pada pengen keluar (isi bertindak sebagai subjek) he he…
he he sama-sama namanya gembus tapi beda yang dimaksud.. tapi yang tempe gembus di magelang dan jogja itu kalau gak salah warnanya putih ya mbak.. aku heran kenapa si dages ini warnanya item. dulu aku ngerasa geli sama dages karena warnanya yang nggak menarik, udah itu kalau dimakan kayak pasir pasir gitu… eh lama-lama mau juga he he
he he nama makanan kayak istilah buat ngumpatin orang ya: gebleg… pelafalannya sama sih he he… iya nanti itu gembusnya dirangkai pakai tali dari bambu kalau nggak salah, mbak… iyah berminyak. kalau udah dingin jadi alot deh…
jadi kesimpulannya, dari 5 makanan itu, yang original ngapaker cuma mendoan ya he he… hidup mendoan!! Love you mendoan. *sungguh ngapaker yang lebay*
lafal gebleg gak sama loh ama geblek…lebih kayak ‘geledek’ gitu (vokal yang tengah ga dipake)… 🙂
iya, gembus warnanya agak putih tapi kadang kecoklatan juga kok..wuahaha…bener tuh gebleg kalo dingin jadi alot, eh bukan ding…uaalooott.. 😛
ai juga lop mendoan kok…hidup mendoan!
hua ha ha ternyata pelafalannya beda ya mbak, kirain…
hu um, tidak sekadar alot tapi ualooot pisan…
senangnya banyak yang mencintai mendoan 🙂 soalnya mendoan itu tuh kayak jadi eksistensi ngapaker sih mbak hi hi hi…